OH MY GIRL Fanfiction Indonesia

Since: 16/02/24

[Ficlet] Honesty

5 Comments

Honesty
a story by dandeliar (colorsofsoul)

starring by [OMG’s] Bae Yoobin — Binnie, Choi Hyojung

ficlet | PG-15 | friendship/?, slight!surrealism, slice of life/?


Begitu banyak hal yang tidak Yoobin mengerti di bumi ini. Banyak hal aneh yang terdengar sama sekali tak masuk akal di telinga Yoobin. Pelbagai teori kehidupan yang telah Yoobin pelajari sampai sekarang, Yoobin sama sekali tidak bisa menerimanya. Rasanya, teori kehidupan yang telah ia tafsirkan dari seluruh pengalaman hidupnya itu terkadang tidak masuk akal. Atau tidak sesuai dengan yang mereka katakan, kebanyakan sih.

Yoobin punya sebuah contoh. Yoobin sering sekali membaca maupun mendengar, jujur itu lebih baik dibandingkan dengan berbohong. Kau akan lebih dihargai jika kau adalah seseorang yang jujur. Kedua orang tuanya bahkan mewanti-wanti agar Yoobin tetap berusaha untuk berkata jujur di setiap keadaan. Ya, walaupun berkata jujur tidak selalu membawa kebaikan bagi Yoobin.

Jujur itu pahit, tahu.

Saat itu, ia sedang duduk di salah satu meja kantin sekolah sendirian. Jika biasanya ia ditemani Hyojung sang sahabat, kali ini ia sendirian. Sahabatnya itu lebih memilih untuk bergabung dengan anak-anak lain. Meninggalkan Yoobin yang menikmati kimbap-nya sendirian. Tak heran, mereka berdua sehabis mengalami perang seminggu yang lalu. Mereka duduk di meja yang berdekatan, sehingga Yoobin bisa mendengar Hyojung dan teman-teman barunya yang sedang asyik mengobrol. Mengabaikan eksistensi Yoobin. Atau mungkin, tak tahu akan eksistensi gadis berambut hitam sebahu itu.

“Kau putus dengannya? Lagi?” tanya Arin, heboh akan berita yang barusan didengarnya dari mulut Hyojung. Lalu, Jiho ikut-ikutan menjadi heboh seperti Arin. Walaupun tidak seheboh Arin, mengingat ini memang hal yang terdengar biasa jika Hyojung yang melakukannya. Biasa, Arin memang suka terlalu melebih-lebihkan suatu hal. Alhasil, Jiho yang duduk di sebelahnya ikutan tertular.

“Aku tidak menyukainya. Ia terlalu posesif. Aku merasa terkekang, tahu?” jawab Hyojung, sembari sedikit-sedikit menyesap susu pisang favoritnya. Tiba-tiba, ia teringat kejadian kemarin ketika ia memutuskan Jinwoo. Mereka baru berpacaran tiga hari, atau mungkin hampir mencapai empat hari. Tetapi, Hyojung tidak kuat. Akhirnya, ia memutuskan Jinwoo. Ada kelegaan tersendiri kala ia melakukan hal itu.

“Kalau aku boleh berkata, tidak seharusnya kau cepat percaya pada pria, Hyo. Terkadang, kau terlalu cepat percaya kepada pria,” ujar Hyejin, bermaksud memberi saran pada Hyojung. Yang justru malah dibalas dengan decakan kesal.

“Jelas-jelas pria itu yang salah. Kenapa kau malah menceramahiku?” omel Hyojung tak terima. “Lagipula, sebagai teman yang baik, seharusnya kau mendukungku. Bukan malah menjatuhkan,” lanjut Hyojung.

Yoobin yang mendengar balasan Hyojung malah tersenyum aneh. Yoobin tidak mendeteksi adanya hinaan atau pernyataan bersifat menjatuhkan yang terlontar dari mulut Hyejin, tetapi Hyojung malah menganggap Hyejin menjatuhkannya. Padahal, Yoobin tahu, Hyejin mengatakan itu karena tidak ingin Hyojung terjebak dalam kesalahan yang sama. Hyejin mengatakan hal sebenarnya yang seharusnya ia katakan.

“Kau lama-lama mirip Yoobin. Aku bisa benci denganmu jika kau terus-terusan seperti Yoobin.”

“Tapi, ucapan Hyejin itu memang benar. Tidak seharusnya kau membencinya,” jawab Yoobin pelan. Ia bisa melihat wajah Hyojung yang sedang kesal, atau mungkin bisa meledak kapan pun.

Itu juga demi kebaikanmu, bodoh.

“Mungkin kau benci dengan Yoobin. Mungkin sekarang, kau mulai benci padaku. Tapi, perkataan Yoobin memang ada benarnya. Ia mengatakan itu juga agar kau tak terjatuh ‘kan? Aku juga mengingatkanmu agar kau sendiri tidak terjatuh,” tegur Hyejin. Hyejin berharap jika Hyojung mengerti. Namun, reaksi yang didapat dari Hyojung malah tak disangka oleh Hyejin.

BRAK

Gebrakan dari Hyojung berhasil membuat perhatian seluruh anak di kantin tertuju padanya. Suasana kantin yang awalnya ramai, kini menjadi sunyi.

“Ada apa denganmu sih?! Seharusnya kau itu membelaku! Mulai sekarang, jangan berteman denganku lagi! Kau hanya ingin menjatuhkanku!” Hyojung beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Diikuti oleh Arin yang menyusul langkah Hyojung, berusaha untuk menghibur gadis itu. Sedangkan Jiho, menatap Hyejin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sebelum ia bangkit dari tempat duduknya.

“Kau terlalu jujur, Hye. Jika saja kau berbohong sedikit, mungkin ia tidak akan benci padamu.”

“Aku hanya ingin yang terbaik untuknya, membelanya tidak akan membuat Hyojung kapok,” balas Hyejin dengan kepala yang terus tertunduk. Yoobin yang mendengar percakapan mereka hanya bisa tersenyum miris. Antara kasihan kepada Hyejin, atau jengkel kepada Hyojung.

“Tenang saja, Hye. Aku akan mencoba membicarakannya pada Hyojung. Percaya padaku, aku juga ingin yang terbaik untuknya. Sayangnya, aku tak punya keberanian seperti kau atau Yoobin,” kata Jiho berusaha menghibur. Ia tersenyum tipis pada Hyejin untuk sejenak, sebelum memutuskan untuk menyusul Hyojung dan Arin. Meninggalkan Hyejin di meja makan itu. Sendirian.

Yoobin terdiam tak bergeming. Hyejin mendapat perlakuan yang kurang lebih sama persis dengannya. Yoobin tentu merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Hyejin. Ingin mendekat, bermaksud untuk menghiburnya, tetapi Yoobin sama sekali tak bisa. Seolah-olah sesuatu yang tidak kasat mata menghalanginya.

Hanya karena Hyejin tidak mendukungnya.

Hanya karena Hyejin lebih memilih untuk berkata jujur dibandingkan bohong putih.

Yoobin merasa, teori yang mengatakan bahwa jika kau akan lebih dihargai jika berkata jujur hanyalah sekedar omongan belaka. Jika memang lebih dihargai, kenapa Hyojung tega melakukan itu kepada Hyejin? Kenapa ia tega melakukan hal itu kepada Yoobin?

Setidaknya keadaan Hyejin jauh lebih mending daripada Yoobin. Ia masih punya teman yang mendukungnya seperti Jiho. Ia juga hanya dipermalukan di depan umum.

Sedangkan dirinya? Ia tidak punya siapa pun di sekolah kecuali Hyojung. Dan temannya itu malah secara sengaja atau tak sengaja mendorongnya dari lantai tiga sekolah. Temannya secara sengaja atau tak sengaja membuat hidup Yoobin berakhir. Hanya karena Yoobin tak ingin berpura-pura untuk mendukungnya, lebih memilih untuk jujur dengan pemikirannya. Dan Hyojung malah tidak terima.

Lebih memilih untuk membiarkannya sendirian di sekolah ini. Kesepian diantara mereka.

Tidak salah ‘kan kalau Yoobin menganggap jika jujur itu pahit?

-Fin-

cerita macam apa ini ._.
jadi, ini fic debut saya.. maaf kalau gaje
makhlum amatir :v

Author: dandeliar

a girl who hate a lot of things. but, she'll try her best.

5 thoughts on “[Ficlet] Honesty

  1. satu hal yang terlintas di pikiranku: ini amanatnya dapet banget><

    halo, kalau2 kita belum kenalan, aku nightskies 98l boleh dipanggil night^^

    aku suka tata bahasamu, kadang berat kadang ringan, balanced gituu. dan, twistnya :O aku tuh setelah liat jine dibentak hyojung, lgsg berharap 'ayo binnie, hibur jine' tapi ternyata hyojung pernah ngedorong dia dr lt 3 :O pantesan yoobin juga nontonin doang 😦

    aku enjoy bgt baca ini. oh, and happy debut! semangat terus nulisnya^^

    Liked by 1 person

  2. Tinaa~
    ini fic nya bagus tauu, aku suka aja bacanya.
    Aku jg sering bikin fic kyk gini, hehe
    jdi aku udah ngira dari awal kalau Yoobin itu udah ga ada.
    Oke, semangat terus nulisnya yaa ^^

    Liked by 1 person

    • hahah ._. pingin sekali-kali bikin yang genre ginian.. jadi nyoba bikin >.<
      kakak sering bikin fic kaya gini ya.. ajarin dong/? biar lebih pro/?
      terima kasih sudah mau baca ceritaku ya kak ^^

      Like

      • Iya, jadi aku suka baca cerita2 dg genre kyk gini. Trus iseng2 bikin juga, wkwkwk…
        Tapi, bikin twist nya yg susah yaa.
        Aku jg kalau bikin suka ketebak kyknya, hehe

        Like

Leave a reply to nightskies Cancel reply